- Pesawat Tempur di Perang Dunia II: Selama Perang Dunia II, Angkatan Udara AS melakukan studi untuk menentukan bagian mana dari pesawat tempur yang perlu diperkuat. Mereka memeriksa pesawat yang kembali dari misi dan menemukan bahwa bagian sayap dan ekor memiliki banyak bekas tembakan. Awalnya, mereka berpikir untuk memperkuat bagian-bagian ini. Tapi, seorang statistikawan bernama Abraham Wald menyarankan sebaliknya. Wald berpendapat bahwa pesawat yang kembali adalah pesawat yang mampu bertahan meskipun terkena tembakan di bagian-bagian tersebut. Bagian yang harus diperkuat adalah bagian yang tidak ada bekas tembakan, karena pesawat yang terkena tembakan di bagian-bagian itu kemungkinan besar jatuh dan tidak kembali. Ini adalah contoh klasik survivorship bias: hanya fokus pada pesawat yang selamat dan mengabaikan pesawat yang jatuh.
- Startup yang Sukses: Kita sering mendengar tentang startup yang berhasil menjadi unicorn atau bahkan perusahaan publik. Media cenderung menyoroti kesuksesan ini, membuat kita berpikir bahwa memulai startup itu mudah dan menjanjikan. Padahal, ada ribuan startup yang gagal setiap tahunnya. Kegagalan ini jarang diberitakan, sehingga kita tidak mendapatkan gambaran yang akurat tentang risiko dan tantangan dalam dunia startup. Survivorship bias membuat kita overestimate peluang keberhasilan dan underestimate risiko kegagalan.
- Nasihat dari Orang Sukses: Orang-orang sukses sering memberikan nasihat tentang bagaimana mereka mencapai kesuksesan. Nasihat ini bisa sangat berharga, tetapi kita harus berhati-hati terhadap survivorship bias. Apa yang berhasil untuk satu orang belum tentu berhasil untuk orang lain. Kondisi, keterampilan, dan keberuntungan memainkan peran penting dalam kesuksesan. Mengikuti nasihat orang sukses tanpa mempertimbangkan konteks dan situasi kita sendiri bisa menjadi kesalahan besar. Ingat, ada banyak orang yang mengikuti nasihat serupa tetapi tetap gagal.
- Investasi Saham: Dalam dunia investasi saham, kita sering melihat iklan atau promosi tentang saham-saham yang memberikan keuntungan besar di masa lalu. Ini bisa membuat kita tertarik untuk membeli saham tersebut dengan harapan mendapatkan keuntungan serupa di masa depan. Namun, kita harus ingat bahwa kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan. Saham-saham yang kinerjanya buruk mungkin sudah tidak lagi diperdagangkan atau dilupakan. Survivorship bias membuat kita overestimate potensi keuntungan dan underestimate risiko kerugian.
- Studi Tentang Orang Berumur Panjang: Studi tentang orang-orang yang berumur panjang seringkali fokus pada kebiasaan dan gaya hidup mereka. Misalnya, kita mungkin membaca bahwa orang-orang yang berumur panjang sering makan makanan tertentu atau melakukan olahraga tertentu. Namun, kita harus ingat bahwa ada banyak orang yang memiliki kebiasaan serupa tetapi tidak berumur panjang. Faktor genetik, lingkungan, dan keberuntungan juga memainkan peran penting. Survivorship bias membuat kita terlalu fokus pada faktor-faktor yang terlihat pada orang-orang yang selamat (berumur panjang) dan mengabaikan faktor-faktor lain yang mungkin sama pentingnya.
- Cari Informasi yang Lengkap: Jangan cuma fokus sama cerita sukses. Coba cari informasi tentang kegagalan juga. Misalnya, kalau kamu tertarik sama dunia startup, coba cari tahu kenapa banyak startup yang bangkrut. Dengan begitu, kamu bisa dapet gambaran yang lebih realistis tentang risiko dan tantangan yang ada.
- Kritis Terhadap Nasihat: Nasihat dari orang sukses itu bagus, tapi jangan ditelan mentah-mentah. Pertimbangkan konteks dan situasi kamu sendiri. Apa yang berhasil buat orang lain belum tentu berhasil buat kamu. Jangan ragu untuk bertanya dan mencari tahu alasan di balik nasihat tersebut.
- Diversifikasi Investasi: Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang. Diversifikasi investasi kamu ke berbagai aset yang berbeda. Dengan begitu, kamu bisa mengurangi risiko kerugian kalau salah satu investasi kamu gagal.
- Evaluasi Kinerja Secara Berkala: Jangan cuma lihat hasil akhirnya aja. Evaluasi kinerja kamu secara berkala dan cari tahu apa yang berhasil dan apa yang nggak. Dengan begitu, kamu bisa belajar dari kesalahan dan meningkatkan strategi kamu di masa depan.
- Ingat Faktor Keberuntungan: Keberuntungan itu penting, guys. Kadang, kesuksesan itu nggak sepenuhnya karena kerja keras dan strategi yang bagus. Ada faktor-faktor eksternal yang di luar kendali kita yang bisa mempengaruhi hasil akhir. Jadi, jangan terlalu keras sama diri sendiri kalau kamu gagal, dan jangan terlalu sombong kalau kamu sukses.
Survivorship bias, guys, adalah kesalahan logika yang terjadi ketika kita hanya fokus pada hal-hal yang berhasil melewati suatu proses seleksi dan mengabaikan hal-hal yang gagal. Ini bisa memberikan gambaran yang keliru tentang keberhasilan dan kegagalan. Jadi, bayangkan kamu cuma lihat orang-orang yang sukses, terus kamu pikir, “Wah, gampang banget ya jadi sukses!” Padahal, ada banyak banget orang yang udah nyoba tapi gagal, dan mereka ini nggak kelihatan. Bias ini bikin kita overestimate peluang keberhasilan karena kita nggak lihat gambaran lengkapnya.
Mengapa Survivorship Bias Terjadi?
Ada beberapa alasan kenapa survivorship bias ini bisa terjadi. Pertama, informasi tentang yang gagal itu seringkali hilang atau nggak tersedia. Misalnya, kita sering denger cerita tentang perusahaan startup yang sukses besar, tapi jarang denger tentang startup yang bangkrut. Kedua, kita cenderung lebih tertarik sama cerita sukses. Berita tentang keberhasilan itu lebih menarik perhatian daripada berita tentang kegagalan. Ketiga, kadang kita emang nggak sadar kalau kita cuma lihat sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Kita mikir, “Oh, semua orang yang gue kenal sukses kok,” padahal mungkin aja kita cuma bergaul sama orang-orang yang beruntung.
Dampak Survivorship Bias
Survivorship bias bisa punya dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam investasi, misalnya, kita bisa salah menilai kinerja suatu reksa dana kalau kita cuma lihat reksa dana yang masih bertahan. Reksa dana yang kinerjanya buruk dan akhirnya ditutup nggak akan kelihatan, jadi kita bisa overestimate potensi keuntungan investasi. Dalam bisnis, kita bisa salah strategi kalau kita cuma niru perusahaan yang sukses tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin nggak relevan buat kita. Misalnya, kita lihat ada restoran yang sukses banget dengan konsep unik, terus kita langsung buka restoran serupa tanpa mempertimbangkan lokasi, target pasar, atau modal yang kita punya. Akhirnya, bisnis kita malah gagal karena kita nggak lihat gambaran lengkapnya.
Contoh-Contoh Survivorship Bias
Survivorship bias ada di mana-mana, guys. Mari kita bahas beberapa contoh biar lebih jelas:
Cara Mengatasi Survivorship Bias
Oke, sekarang kita udah tau apa itu survivorship bias dan gimana dampaknya. Terus, gimana caranya biar kita nggak kejebak sama bias ini? Tenang, guys, ada beberapa tips yang bisa kalian coba:
Kesimpulan
Survivorship bias adalah kesalahan logika yang bisa bikin kita salah menilai situasi dan mengambil keputusan yang kurang tepat. Dengan memahami apa itu survivorship bias dan gimana cara mengatasinya, kita bisa jadi lebih bijak dalam melihat dunia dan membuat keputusan yang lebih baik. Jadi, mulai sekarang, coba lebih kritis dan cari informasi yang lengkap sebelum mengambil kesimpulan, ya! Semoga artikel ini bermanfaat, guys!
Lastest News
-
-
Related News
Ipseiksatse 12: News & Weather App - Stay Informed!
Alex Braham - Nov 17, 2025 51 Views -
Related News
Abandoned Buildings For Sale In NYC: Find Your Diamond!
Alex Braham - Nov 14, 2025 55 Views -
Related News
Gold Prices Today: 1 Gram Of 22 Carat Gold In India
Alex Braham - Nov 15, 2025 51 Views -
Related News
Honeywell Home Default Unlock Code: What You Need To Know
Alex Braham - Nov 17, 2025 57 Views -
Related News
Iran's Nuclear Program: Latest News And Developments
Alex Braham - Nov 12, 2025 52 Views